Aku menemukan kita dalam dirimu, sebagaimana tanda tanya telah bertemu jawaban yang memuaskan ingin tahunya. Aku menemukan rindu, ketika percakapan kau dan aku menjadi satu bagian masa lalu. Aku menemukanmu, hanya untuk menyadari bahwa pada doaku masih ada namamu yang ku sebut setulus-tulusnya aku. Aku menemukanmu, hanya untuk menyadari bahwa kau tak lagi seruangan denganku, tak lagi melewati jalanan ini bersamaku sebab kau telah berbelok arah pada suatu persimpangan. Aku menemukanmu, hanya untuk menyadari aku terlambat memahami kepada siapa aku mencintai.
Suatu hari, aku benar-benar rindu untuk bercakap-cakap lagi denganmu melalui layar sentuhku. Aku rindu kau sentuh dengan kalimatmu, rentetan huruf yang datang darimu. Aku bahkan rindu berseteru denganmu, sebab aku suka meyakinkanmu bahwa kamu sama sekali bukan pengganggu. Aku tidak bahagia ketika tiba-tiba tak ada sebaris namamu muncul pada pukul enam pagi untuk menyelamati pagi hariku.
Suatu waktu nanti, tolong datanglah lagi. Selamati lagi pagi hariku. Sapalah lagi malam-malam hariku. Panggilah lagi namaku. Lalu, tenggelamkan aku pada banyaknya percakapan-percakapan yang akan kita miliki ke depan nanti.
Sebab aku benar-benar merindu eksistensimu dalam duniaku.
Berlayar, berlayarlah, kapten.
Sejauh apapun kau mau atau seluas apapun lautan kau seberangi. Jelajahi saja seluruh dunia sepuasmu. Aku percaya jika aku adalah rumah yang digariskan untuk kau tuju, maka seisi dunia pun akan sepakat menciptakan konspirasi untuk membawamu pulang kembali padaku.