mercredi 25 juillet 2018

2018 : getting married

To be honest, I never expect my self would get married at such a very young age, 22 years old. Kebanyakan temen temenku mungkin masih memperjuangkan sesuatu, masih menikmati kemerdekaan seorang dewasa muda berpenghasilan, atau bahkan masih belum terpikir kapan mau berkeluarga but here I am - getting married.

Aku bahkan nggak pernah punya gambaran bakal menikah umur berapa, dengan siapa, dan seperti apa nantinya pestanya. All I knew was I would get married too one day later - yang entah kapan. Aku masih nggak percaya bahkan sampai pada detik ini, ketika aku lagi hectic menyiapkan ini itu buat nikahan nanti. Aku nggak bisa bayangin in less than 3 months aku bakal jadi istri orang. Sepertinya itu juga karena aku hectic banget menyiapkan nikahan sama lamaran sih. Sometimes, I just forgot all the tingling butterflies, the excitement. Most of the times, Im very stressed to get everything on the list checked out. But since I've done almost everything, except one or two, sekarang aku bisa merasakan all soon-to-be-brides' supposed feelings.

I was raised in a family where drama existed and hit me for multiple times. I knew how disappointing it was to be stuck inside a drama, to be a victim for ones' selfishness. As I quoted Audrey Hepburn, "If I get married I wanna be very married", meaning I will jump right into marriage life headfirst. I'm really serious about getting married. Aku nggak pengen bersikap biasa biasa aja, too busy preparing for the wedding sampe lupa menyiapkan mental for the real marriage - for the after party, sampe tiba tiba bangun pagi sebagai istri orang dan lupa sama kewajiban kewajibanku.

Personally, menikah bukanlah pencapaian buat aku. It's not a trophy to be showed off to dozens of people. Menikah adalah fase hidup berikutnya. Ketika ditanya tentang kesiapan, aku yakin ketika Allah mendatangkan jodohmu untukmu hari ini, berarti di hari ini juga Allah menilai kamu memiliki kesiapan. But just like any other thing, kesiapan bukan sesuatu yang sifatnya statis. Kita harus terus beradaptasi dan belajar agar terus sesuai dengan kondisi kondisi dalam kehidupan kita. Sampai saat ini aku terus belajar kok untuk memerankan peran-peran dalam hidupku dengan lebih baik; sebagai anak, sebagai pasangan, sebagai rekan.

Di episode hidup yang ini, cita citaku adalah punya rumah tangga yang bahagia dunia dan akhirat. I wanna be a dedicated and loving wife to my husband. Its clear for me that Im still gonna work 8 to 5 on weekday, but I wanna make my marriage life a priority. Sekarang banyak wanita berkarier dan punya jabatan prestis di berbagai instansi. Aku nggak mengejar jabatan sih, aku pengen fokus ngurusin keluarga aja nantinya. Kalo soal bekerja menurutku itu perlu, secara kebutuhan zaman sekarang kan banyak, terus skincare aku juga mahal hahaha. Seenggaknya kan, untuk beli beli skincare dan produk kosmetik kebutuhanku, aku nggak bakalan membebani mas suami.

Keinginanku sekarang itu aku pengen tinggal bersama dengan suamiku. My parents live together since they got married and I, too, cant imagine my future family has its members living separately. That isnt the kind of family that I want. I want my kids to have the same kind of affections from both their parents. I want my kids to see me on weekend. I want to help them do their homework and to listen to what they have at school. I want to make them breakfast every morning. I want to go back home from work to look at their happy faces. I want to share my life with my husband and kids daily, and I will do anything to make it happen.