Sebaris nama dan cerita di penghujung tahun. Di dalamnya ada hari-hari dimana harapan diberikan cuma-cuma tanpa perlu diminta. Percakapan-percakapan rahasia tentang apa saja. Karcis-karcis bioskop yang kini hanya tergeletak di atas meja. Ingatan yang berusaha dilawan oleh lupa. Juga, getar-getar rasa yang kemudian lenyap tanpa sisa. Aku bertanya, kemanakah perginya?
Isyarat-isyarat halusnya yang sanggup berbahasa dan kode-kode Morse darinya yang membawa makna. Sepasang mata sayu dengan bulu mata lentik milik seseorang yang tidak kusangka datangnya dan tidak kusadari perginya. Seperti awan, ia pergi begitu saja dan tahu-tahu rasa miliknya itu sudah tak ada.
Barangkali karena ia dan aku begitu berbeda. Dan ia merasa perbedaannya denganku itu sedalam lagi securam jurang-jurang yang mesti ia lewati untuk menuju rumahnya. Jika ia selalu baik-baik saja dalam melewati jurang-jurang itu, kali ini ia tidak akan selamat apalagi baik-baik saja dalam usahanya melewati jurang perbedaannya denganku.
Tidak ada sebab yang membuatku paham kenapa ia pergi dengan meninggalkan harapan bersamaku. Tidak ada ucapan perpisahan atau bahkan sebuah perseteruan, sebab tiba-tiba ia pergi begitu saja. Bahkan, tidak kulihat punggungnya menjauh, sebab aku terbangun suatu pagi dan tahu-tahu ia sudah mengambil kembali hatinya yang dulu ia genggamkan padaku.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire