samedi 4 avril 2015

teman kopi

Hari-hari ini aku sungguh tidak tenang. Ada beberapa hal yang tidak mesti dipikirkan, tetapi justru menjadi beban. Pikiran-pikiran itu seperti pusaran air pada perairan, sedangkan aku penyelam amatiran yang setengah-setengah dalam berenang dan berakhir terjebak di dalam pusaran itu. Berputar-putar, tapi tidak tahu bagaimana caranya melepaskan diri. 

Bercangkir-cangkir kopi menyatu dalam nadiku, entah berapa kandungan kafein dalam darah di tubuhku. Berhari-hari sudah seperti ini. Aku tidak peduli. Sekalipun kopi justru semakin memberi nyawa pada kecemasan yang bersemayam dalam, aku tetap meneguknya sebab aku butuh teman untuk meredakan pikiran-pikiran. Tapi, seringkali caraku itu gagal. Ketika cangkir-cangkir itu mulai kehabisan isinya yang berpindah ke dalam aku, aku kesepian lagi, sebab yang ku butuhkan adalah teman sungguhan. Bukan sekadar kopi dalam gelas.


Aku ingin duduk di suatu ruang dimana ada secangkir kopi disana. Aku ingin ruang itu hampa tak ada siapapun kecuali kamu, tapi kamu pun jangan bersuara. Jangan coba sapa aku atau minta aku bercerita ada apa, sebab aku sedang gundah. Aku hanya butuh kehadiranmu di dekatku. Tidak untuk melakukan apa-apa, aku benar-benar butuh kamu di sekitaran pandang. Diam saja. Sebab hadirmu saja sudah membuatku berada dalam ketenangan yang terlalu langka pada hari-hari belakangan ini. Lalu, kamu tahu untuk apa secangkir kopi di dalam ruangan ini? Sebenarnya itu untuk kamu, supaya kamu betah berlama-lama menemaniku.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire