samedi 28 septembre 2013

aksara bicara bahagia

Lembar-lembar aksara yang bicara kutamatkan satu persatu. Serempak mereka bicara padaku tentang kebahagiaan
Apa itu bahagia?
Dan dimana aku bisa menemukan kebahagiaan?

Buku ini -yang ditulis seorang Amerika yang aku pun asing terhadap sosoknya, ku eja saja namanya biar aku cukup tahu-
tidak tahu menahu bahwa bagiku bahagia adalah menatapmu
dan kamu juga melihat ke arahku
dalam satu tawa yang sama

jeudi 26 septembre 2013

Relung Senja

Jadilah kamu ada dalam relung-relung senja
Mengisi sunyi-sunyi kala yang bicara hanya ingatanku saja
Ingatan tentang hari-hari dimana ada namamu yang kuputar ulang
Mungkin sudah jutaan kali
Tapi aku tetap bahagia melihat senyummu atau mendengar tawamu
atau membaca aksara-aksara yang merangkai namamu
dan hanya satu nama itu yang bergema jutaan kali
membentuk suara sempurna di dalam kepala
sementara bayangmu tercipta melalui bias cahaya lensa
menjadi teman tidurku, lelap bersamaku
dan bangun, hidup, tertawa, saat kulihat kamu beberapa jengkal dariku

dimanche 22 septembre 2013

september's blue galaxy, I am

Kenapa langit berwarna biru? Kenapa langit tidak sewarna dedaunan yang mendayu kemayu disapu angin?
Kenapa tidak jingga sewarna matahari?
Atau kenapa tidak kelabu seperti para awan berarak menjelang datangnya hujan?
Apakah karena ini bulan September dimana matahari unjuk diri dengan sinarnya yang benderang maka langit berwarna biru?

Setahuku memang tidak begitu.
Tapi dalam duniaku langitku berwarna biru, biru sepanjang hari.
Bukan karena panjang gelombang cahaya matahari yang pendek lantas ia mewarna galaksi.
Kamu yang identik dengan biru.

Seperti subuh yang biru saat aku telah terjaga dilamun senyap berkawan secangkir coklat yang hangat.
Seperti subuh biru yang merajuk rindu.
Atau seperti langit siang yang biru sewarna kilau auramu.
Langit siang yang bersih tanpa awan namun tergambar satu bayangmu yang lagi-lagi menjelma rindu.
Rindu, rindu lagi tanpa ampun.

Tapi aku adalah galaksi biru September dan kau adalah bintang biru.
Bintang yang dicipta karena galaksi pun dicipta Tuhan. Biar tidak ada kesepian dalam semesta.
Biar bintang itu berkedip mengamati dan galaksi itu menari. Biar mereka bahagia dalam semesta biru.
Biar, biar aku menemukan secuil bahagiaku pada galaksi biru September.
Dan biar kau temukan secuil ingatan tentang aku dalam kedipan merayu bintang biru.

mercredi 18 septembre 2013

bliss

hola.
I just bought a book today.
kalo aku tipikal penilai buku dari covernya, then I like this book. dilihat dari covernya, buku ini catchy. Aku suka warna biru. Tapi, apa alasanku beli buku ini?
Simpel. Yang dibicarakan disini adalah kebahagiaan, bliss, joy, happiness, kesenangan. The author himself traveled the world just to find the perception of happiness around the world. Hasilnya?
Persepsi sebuah kebahagiaan dari satu negara ke negara lain berbeda.

Alasan lebih dalam lagi, it's like I'm going through a journey and it's just started as soon as I realized what life is, what I want to do in my life, and how I wanna live it. There are so many things pressing me that I don't even feel the excitement to tell, because it gives me sort of... backache lol. Saya sedang mencari kebahagiaan di sela-sela waktu yang rasanya berlari menerabas angin. Atau mungkin sebenarnya saya sedang mencoba berlari dari kehampaan?
Berlari dari kehampaan pun ujung-ujungnya saya juga akan mencari kebahagiaan dalam bentuk lain.
Mungkin dengan membaca buku tentang bahagia, saya bisa menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil juga dalam celah-celah waktu 24 jam.

Baca buku makes me feel like I'm in another world, serasa satu waktu ada di dunia yang bukan duniaku. Semacam refreshing juga, sort of menyenangkan.
Dibanding novel, aku kayaknya lebih cocok sama buku-buku yang nonfiksi kayak gini. Instead of reading bunch of story chapters, I'd rather to read short poems. Short, but deep.

lundi 2 septembre 2013

kopi malam ini

Pada kopiku malam ini, ada manis dan pahit yang getir dalam satu tegukannya. Dua rasa yang menyatu dengan sempurna dan menjabarkan keseluruhan perasaan dalam satu tegukan.

Ada manis.
Seperti saat aku membaca ulang barisan kalimat yang telah dituturkan. Manis karena setelah berbulan-bulan menunggu dalam lamunan senyap, datanglah hari-hari dimana eksistensi satu sama lain terasa begitu nyata. Tidak hanya tatapan yang merasakan, tapi juga kata-kata yang diukir lidah pun turut menyapa. Manis lagi karena setelah dekat lalu jauh lalu Tuhan menarik tali temali tubuhmu dan tubuhku mendekat.

Ada pahit yang getir.
Mungkin seperti ketika aku mengindra satu kenyataan pahit yang membuatku terjaga semalam dengan secangkir kopi di tangan. Semanis perasaan sehalus angin yang menggelitik langit dan sepahit aku yang menyadari sejauh mana aku telah melangkah.

Aku berhenti pada satu titik itu dimana aku sadar bahwa apa yang ku inginkan sudah menjadi kenyataan yang kujalani. Biar Tuhan yang memutuskan apakah di bawah langit biru pada suatu hari nanti akan ada rindu yang bersambut, pertemuan yang diidamkan perasaan, ingatan yang menguap oleh terik matahari, atau perasaan-perasaan yang berusaha saling menemukan jalan menuju satu sama lain.
Tuhan akan menjawab semuanya.