Pada kopiku malam ini, ada manis dan pahit yang getir dalam satu tegukannya. Dua rasa yang menyatu dengan sempurna dan menjabarkan keseluruhan perasaan dalam satu tegukan.
Ada manis.
Seperti saat aku membaca ulang barisan kalimat yang telah dituturkan. Manis karena setelah berbulan-bulan menunggu dalam lamunan senyap, datanglah hari-hari dimana eksistensi satu sama lain terasa begitu nyata. Tidak hanya tatapan yang merasakan, tapi juga kata-kata yang diukir lidah pun turut menyapa. Manis lagi karena setelah dekat lalu jauh lalu Tuhan menarik tali temali tubuhmu dan tubuhku mendekat.
Ada pahit yang getir.
Mungkin seperti ketika aku mengindra satu kenyataan pahit yang membuatku terjaga semalam dengan secangkir kopi di tangan. Semanis perasaan sehalus angin yang menggelitik langit dan sepahit aku yang menyadari sejauh mana aku telah melangkah.
Aku berhenti pada satu titik itu dimana aku sadar bahwa apa yang ku inginkan sudah menjadi kenyataan yang kujalani. Biar Tuhan yang memutuskan apakah di bawah langit biru pada suatu hari nanti akan ada rindu yang bersambut, pertemuan yang diidamkan perasaan, ingatan yang menguap oleh terik matahari, atau perasaan-perasaan yang berusaha saling menemukan jalan menuju satu sama lain.
Tuhan akan menjawab semuanya.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire