samedi 19 décembre 2015

setumpuk penat di meja kerja

Selamat pagi, kamu.
Kemarin malam - seperti biasa - kau mengucapkan selamat malam selepas pulang megawai.

Aku membayangkan tatapan mata datar dipenuhi hasrat ingin merebahkan raga,
serta sekerumunan penat yang bersarang dalam kepala.

Aku cuma ingin menjadi bagian dari harimu,
bersyukur-syukurlah aku apabila upaya yang kuusahakan
berhasil menjadi sebentuk penghiburanmu
di penghujung hari yang panjang dan melelahkan.

Aku ingin kau tahu,
aku tetap duduk manis dalam ruang tunggu yang kau bangun untukku dan kutinggali dengan sukarela lagi sukacita
Belasan jam aku menunggumu dalam sewujud pesan singkat,
namun tidak ku biarkan setengah jam-pun kau menunggu,
tidak akan pula ku beri sekedar jawaban singkat,
sebab telah kau habiskan berbulan-bulan menungguku.

Pada gilirannya,
mulai minggu depan aku pun akan tenggelam dalam rutinitas yang berbeda.
Kita akan sama-sama megawai,
dan keseharianku tak lagi sekedar tentang menunggu pesanmu,
atau mencari kesibukan sambil menunggu pesanmu.
Tetapi, Kapten yang menaklukkan samudra dengan banana boat,
kamu harus tahu,
bahwa setelah seharian berjibaku dengan setumpuk penat di meja kerja,
aku akan tetap mencari namamu.
Aku akan tetap menunggu datangnya selamat pagi dan selamat malam-mu.
Sebab kamu,
bahagiaku.




Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire