samedi 30 novembre 2013

pada suatu hari bernama entah

Pada suatu hari bernama entah, kita akan lupa apa itu jatuh cinta.

Kau akan lupa namaku dan gaung namamu pun lenyap dari semesta pikiranku.
Kau dan aku, akan saling meniadakan. Berpura-pura tidak tahu karena kepura-puraan suatu hari akan menjadi ketidaktahuan yang sebenarnya.

Mungkin karena detik-detikmu adalah candu yang kau rasakan untuk satu yang lain, atau karena doa-doaku telah merengkuh tubuh lain.

Lalu, waktu akan mengantar kita pada suatu hari yang jauh, asing, dan benderang.
Jika pada hari itu kita berdiri pada satu garis lalu bertatapan, yang akan kita dapatkan adalah embrio-embrio rasa dalam berbagai ingatan terputar kembali pada mataku dan matamu. 

lundi 4 novembre 2013

Tujuh Telepon

Mungkin aku adalah langit yang selalu jatuh cinta pada pagi atau kamu adalah kelabu langit yang samar, tak terjemahkan oleh indra pembacaku.

.

Samar kudengar benda hitam persegi dalam genggamanku berdering akibat pikiranku tajam menancap pada pengamatanku. Lalu, kemudian aku terkejut dalam beberapa detik yang ingin selalu ku ingat ketika mendapati sebaris nama muncul lengkap dengan tanda hijau yang serasa memukul-mukul layar.
Dan udara terlalu panas untuk sebuah mimpi.
Sehingga aku menerima telepon itu dengan kesegeraan yang berdebar.

"Halo, ada apa?" sapaku perlahan.

Beberapa detik yang sunyi sementara aku menunggu suaramu menyambutku dari seberang. Entah kabar apa yang kau bawa untukku.

"Halo, ini siapa?"
Lucu. Bukankah kamu yang meneleponku? Kenapa kamu yang bertanya siapa aku?
Tidak. Bukan itu. Aku terkesima pada suara di telepon itu. Tidak seperti suaramu yang selama ini mampir dalam telingaku dan menggema dalam celah-celah kepalaku. Jadi, begini ya suaramu di telepon, pikirku.

"Ini aku. Siapa lagi?" jawabku, tak habis pikir bagaimana kau bisa bertanya seperti itu.
"Kamu dimana?"
Aku ada pada udara yang kau hirup dan ada pada ruang-ruang kekinianmu. Tidak bisakah kau melihatku dalam ingatanmu tentang hari-hari yang melelahkan? 
Tapi, kejutku meluap saat kudengar suaramu dari seberang menuturkan hal buruk yang baru saja kau lalui sehingga kau terlambat hari ini.

"Biar aku aja yang kesana. Kamu dimana?
Biar aku yang mencarimu hari ini karena aku tahu aku tidak selalu akan seperti ini, mencari dan menemukanmu. Aku yakin kaulah yang akan menemukanku nanti, substansi dari dimensi putih abu yang duduk manis dalam sudut otakmu.

Dan dimulailah perjuanganku menemukanmu di antara ramainya pasar.
Mataku sibuk mengindra keberadaanmu disana dan disini.

"Aku yang pake baju biru," katamu.
Kau adalah biru, warna yang akan selalu ku cari.
Aku adalah biru, warna yang melekat menghangatkan tubuhmu.

Aku berjalan tergesa, tidak ingin membuatmu menunggu, tidak pula peduli pada beberapa pasang mata mengarah padaku. Tapi, apakah kerumunan ini peduli pada gadis yang diam-diam jatuh cinta pada seseorang yang tersesat di antara mereka?
Atau, apakah aku harus mengingat pasar yang gaduh ini sebagai salah satu tempat yang mengingatkanku padamu?

Sesosok lelaki dalam jaket biru dan baju kelabu, kelabu sepertiku, sedang berdiri dengan cemas menatap teleponnya. Benda putih persegi.
Dan, panggilanku dalam setengah teriakan mengakhiri penantianmu dan pencarianku. Pada direksi ini, detik ini, dan dalam tatapan yang saling menemukan.

 Tapi, pada detik itu juga, aku bertanya pada Tuhan.
"Kenapa pada hari ini kau buat aku yang mencari dan menemukannya, Tuhan? Apakah akan ada suatu hari yang dia bahkan tidak tahu dan aku pun tidak untuk aku dan dia?"

...Karena aku hanya harus percaya.

monday morning's syndrome

Anyway, I was in bad mood suddenly this morning.
Funny thing is even my bad mood annoyed my self -_- You must know how bad my mood was.
Being in a bad mood on the morning is such worse! Terrible!
No one would ever want to be stuck in that kind of psychological condition. Not even the very positive person on this earth.

I got annoyed easily, sometimes. What worse when I'm in bad mood is somehow I don't know how to lift up my grumpy flat cynical lips to form something as sweet as smile.
It's like I'm invisibly forcing people to cheer me up tho' I can't help my self from it.
After several long minutes of avoiding the whole world, I put my earphones down and... try to involve my self with interactions which was happening around me.
But, come on, you ain't got something with nothing. There must be something we can take from this day.

For those who love to be alone, luckily, you're living in the world where you have to interact with people for most of your lifetime. Or, let's say it bluntly, you need people. Always. Not every seconds of your lifetime, but if you still give me questions on why we should be nice, just go through a life when no other people exists. How was it?

I know that I will always need people.
Without my closest classmates, what would I be?

From now on, I wanna be a better person.
I know that I'm selfish and spoiled at the same time, but hey, I am a positive, nice, and cheerful person, too, wasn't I?

I know that changing is hard, but what's wrong with being better?
It might not turn my self to be completely nice, to be completely like what I want people to think of me when they hear my name but, at least, a small change in me, you, or even in some people, will lead us to a better days and better outcomes.
I've heard that a small act of kindness can make someone's day.

Did I forget the happiness when I helped my friend to give her crush a box of chocolate? I still remember how happy I was when I was peeking her.

Well, okay, then from now on my goal is to be better from day to day. The change might not be so significant as I want but it's worth it.
From one little change that done each days can lead to a big good change in my self.

Moreover, I believe that everyday is a priceless gift or a chance to make ourselves better, to live our life to the fullest. We've been given such days, why don't we use it carefully then?