lundi 31 mars 2014

Sajak Untuk Pemuda Biru

Aku terlalu malu, seperti bunga yang selalu mengamatimu dari jauh
yang kau sendiri pun ingin membelai kelopak-kelopak merah jambunya
sehingga telah aku titipkan rindu pada hujan di malam Sabtu
dengan beberapa rangkai kata kepada yang Maha Mendengar
untuk hari jadimu yang ke delapan belas,
sebagai pengganti kata ucapan atas setahun lebih tuanya kamu

Setahun adalah lama,
dan siapa juga yang pernah tahu
diam-diam telah kau lukis sebuah penantian
seperti yang juga ku lakukan

Dan hujan turun semalaman pada Sabtu-mu
seperti aku yang ingin kamu dihujani rindu dan juga ribuan semoga dariku
Semoga adalah hadiah sederhana yang paling indah,
meski diberikan kepadamu tanpa nama sang pengirim
tapi satu waktu kelak Tuhan yang akan membisikimu siapa nama itu



Sajak untuk hari jadi ke delapan belasmu, pemuda biru
Dari,
pemudi merah jambu.

samedi 29 mars 2014

Surat Untuk Pemuda Biru

Untukmu,
pemuda biru.


Seiring dengan ditulisnya kalimat ini, telah ku sematkan sejuta salam hangat untukmu, pemuda biru.
 

Siang hari pada penghujung bulan Maret ini kian hari kian benderang saja. Walau seringkali memicingkan mata didera terik, aku berharap masa depan kita akan secerah itu juga. Tanggal dua puluh sembilan ini kau akan berusia delapan belas. Dewasamu mendahului aku beberapa belas minggu. Tahun lalu, aku terlalu malu memberimu ucapan selamat padahal rasa sudah nyata-nyata ada. Tahun ini, pada malam Sabtu nanti, aku ingin memberimu doa-doa pada sepertiga malam terakhir sebab doa adalah sebaik-baik hadiah yang dapat ku berikan untukmu. Dan biar waktu yang mengamininya.

Aku sangat ingin kau tidak hanya hadir dalam samudra ingatan. Tidak hanya hadir berdampingan dengan masa lalu. Sebab bagiku kau adalah satu di antara satu miliar manusia yang tampak biasa namun meninggalkan jejak-jejak luar biasa. Dan sejak hari itu, suatu hari pada bulan Maret yang terik oleh matahari, aku mengeja kekaguman seperti mengeja namamu, membahasakan rindu dengan bait-bait sajak tentangmu, dan menggambar debar-debar bahagia dalam dada dengan senyummu. Dan, aku akan berdoa supaya Tuhan menjagamu sebagaimana denganku sebab Tuhan tahu tapi menunggu.

Kadangkala, aku ingin menjadi secangkir hangat seduhan ibumu, sebab aku ingin menghangatkan pagi-pagimu.
Kadangkala aku ingin menjadi lensa persegimu, sebab aku ingin menatap dunia denganmu.
Kadangkala aku ingin menjadi sajadahmu, sebab aku ingin bersujud bersamamu dan mengamini doamu.

Sekali lagi, selamat berulang tahun yang ke delapan belas pemuda biru. Segenap doa telah kuhadiahkan untukku dan untukmu.






Dari,
pemudi merah jambu.

vendredi 7 mars 2014

mereka yang bermimpi

Saat ini, kita mungkin seperti dua anak angin yang berkejaran. Hendak membelah gunung, demikian mimpinya.
Atau mungkin seperti dua gemintang remaja yang saling berayun di angkasa. Hendak menerangi tata surya, demikian angannya.
Atau kita adalah kita. Dua anak manusia yang sama-sama tengah terpukau oleh gemerlap angkasa malam hari.

Mari kita menggantungkan mimpi-mimpi pada bahu para bintang yang berayun berdampingan. Sesekali, kala rindu datang dengan menyerupai bayanganmu, menengadahlah pada angkasa dan lihat mimpiku disana.
Biar para bintang itu mengingatkan perjalanan kita mendaki angkasa,
dan biar pula doa membentuk gunungan di sudut kamar berselimutkan rindu,
sebab Tuhan tengah menjagamu sebagaimana aku,
dan kita harus percaya pada rotasi waktu.


Pada malam-malam kala punggung digelayuti lelah dan pada siang-siang yang penat lagi berpeluh, ingatlah selalu satu hal ini.
"Ikhtiar dulu," demikian ucapmu padaku.