Kau mengingatkanku pada secangkir kopi pada pagi di hari Minggu,
diminum pukul delapan lewat tanpa sisa-sisa rasa hangat
tapi menjadi buncah-buncah energi yang meletup semangat
Kau membuatku ingat pada gula kapas merah jambu,
tidak peduli pada batuk yang membuntutiku,
manis dari tipis yang menjadi awal dari candu
Kau seperti perbincangan absurd di malam Sabtu,
segala absurditas yang justru dengan mudah dipahami
dan menimbulkan euforia untuk terus menanggapi
dibanding kenyataan tentang rindu yang kian menjadi
Kau seperti lagu bahagia dari pengeras suara di bandara,
padahal salam perpisahan terdengar dimana-mana
Kau mengingatkanku pada senja yang jingga,
penat yang meniadakan hasrat bersepeda
namun angin setia mendesaukan sebaris nama
lengkap dengan sebait lagu jatuh cinta
Kau bagiku seperti subuh saban hari,
terlalu biru untuk rasa yang lugu,
terlalu dingin untuk bangun dari kasur,
tapi nyaman untuk ku tinggali
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire