mardi 3 mai 2016

asumsi ayahmu

Pahit kopi hitam di ujung lidah menjauhkanmu dari kantuk
secangkir yang kamu minum sedikit demi sedikit

Sekiranya pukul enam tadi pagi, ibu yang menyeduh
sambil ia sendiri menahan kantuknya
pada pukul tiga tadi ia bangun
ruku dan sujud beruntutan
masih disambung dengan doa-doa yang ia aminkan

ayah mengucap selamat pagi pada dunianya
dengan mengakrabi surat kabar,
dengan membacakan kabar-kabar dari belahan dunia
belahan negara
belahan pulau
belahan kota lain
pada dirinya.
pagi ini mata berlensanya mencuri satu dua lirik padamu
tadi malam ia agak-agak curiga,
ia menerka perilakumu yang berbeda
sudah satu, dua -tidak!- seminggu ini ia mendapati kamu, anak laki-laki satu-satunya
tersenyum pada layar telepon.
Tadi malam ia berasumsi kau sedang jatuh cinta

Yang kau tidak tahu
ayahmu membisiki ibu selepas kau masuk kamarmu
ia ingin tahu gadis itu.
cantikkah? anak gadis siapakah?
ibu dengan segala kelapangan dadanya,
mengimbangi buncah keingintahuan di mata ayah,
"Kelak kau akan bertemu dia,
gadis yang menjatuhcintakan anak laki-lakimu."

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire