Kedai kopi yang tidak terlalu ramai di hari Sabtu-nya ibu kota.
Lima hari sebelumnya kita habiskan untuk kepenatan dan kertas-kertas.
Sore ini kita sudah berjanji akan menebus belasan cangkir kopi dalam seminggu
yang kita teguk dalam ketergesaan, kesempitan waktu yang tersisa, atau dalam kantuk dan kelesuan.
Jam-jam dengan jarumnya yang berputar cepat.
kau menantangku berlomba memunguti satu dua tiga waktu luang selama lima hari ini
dan meletakannya dalam sebotol selai kaca.
Aku menumpahkan jam-jam luang yang bersusah payah kita kumpulkan ke atas meja.
Ada anak kecil dalam diriku yang merajuk padamu
Bermanja, ia berkata "aku ingin mencuri malam hari bersamamu."
Dahimu mengernyit, alismu berkerut
Mau kau cari kemana si malam?
Haruskah kita culik dia supaya larut melambat?
Tapi, pa memangnya yang akan kita curi?
Selain hati masih yang sama-sama sembunyi.
Tidak ada potret diri berdua,
sebab telepon genggam telah kita gadaikan
untuk membeli beberapa jam pertemuan.
Di bawah lampu berpenerangan secukupnya
yang terangnya tidak benderang
namun tidak pula remang-remang,
Kita akan bercerita mengenai kesedihan;
kehampaan dewasa muda dan keinginan-keinginan yang tidak dapat dimiliki.
Sedang kesibukan adalah menu harian memuakkan
yang tidak kau atau aku pesan dalam perjumpaan malam ini.
Kita akan mabuk oleh percakapan-percakapan,
mulai dari tontonan waktu senggang sampai bakal jadi apa negara jika kita nanti empat puluh-an.
Tapi aku janji pulang nanti jalanmu tidak akan sempoyongan
dan besok pagi kau tidak akan menderita menahankan pening di kepala.
Mungkin kau hanya akan jatuh cinta,
dan aku mulai berbunga merangkai prosa.
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire