mercredi 19 juin 2013

Isyarat Tentang Rindu

Jangan pernah membenci hujan atau awan mendung atau panas terik. Sesungguhnya merekalah yang menyampaikan perasaan-perasaan tak tersampaikan itu dalam isyarat paling halus yang pernah kau ketahui.
Ketika aku berjalan pada suatu siang dimana matahari sedang terik-teriknya, pada saat itu rindu yang dirahasiakan itu menguap. Bersama angin, ia terus terbang meskipun bersimbah keringat untuk singgah pada awan yang bersedia menampungnya. Bersama awan, ia menetap di langit biru untuk menunggumu dan bayanganmu untuk sekedar mampir di bawahnya untuk berteduh dari teriknya matahari. Kemudian, kamu melihat langit dan menatap awan itu. Tetapi, kamu tidak mengerti apa yang ingin dikatakan awan kepadamu. Bukan karena kamu tidak memahami bahasa para awan yang begitu awam bagimu, tapi kamu memang tidak penasaran dengan isyarat yang disampaikan awan itu kepadamu.
Pada malam hari, ku biarkan awan itu meleburkan dirinya menjadi hujan yang turun menemanimu terlelap. Hujan yang mengukuhkan kecantikan mimpimu malam ini. Hujan yang mengantarkanku memasuki mimpimu, hanya untuk sekedar menjadi figurannya.
Bahkan, rindu tak tersampaikan itu akhirnya melebur bersama dunia, menyatu dengan alam, dan menjadi isyarat yang tidak juga bisa kau pahami.

Aucun commentaire:

Enregistrer un commentaire