samedi 25 octobre 2014

Katakan Sesuatu, Aku Menyerah Terhadapmu

Bahkan, aku tidak ingin menyeka sebulir air yang perlahan turun selagi memeluk udara rapat di sekitarnya.
Biar saja turun.
Biar.
Biar ia mengadu pada semesta.

Tidak akan kuseka. Untuk apa?
Biar ia menjadi apapun yang akan berkabar jika ia hadir akibat seorang lelaki yang membuat pemiliknya bersedih.

Begini.

Kau itu membutuhkan dekapan, seorang perempuan yang hatinya jauh lebih murah daripada aku. Kau juga membutuhkan kelembutan, sedang aku adalah perempuan yang tadinya membutuhkan pahlawan tapi kini malah aku yang menjadi pahlawan untuk diriku sendiri. Kau butuh perempuan yang mudah, sedang aku mungkin tak dapat kau pahami dengan sekali pikir.

Gelenyar takut saat kau tertarik mendekat. Takut jika aku salah lagi dalam mempersilakan seseorang untuk singgah. Takut jika nantinya aku harus menangis malam-malam lagi ditemani sunyi. Takut jika nantinya aku sendiri harus memberi dekapan pada hatiku yang sendu, sendu sekali.
Sedihnya, takutku datang sambil menggandeng jemari harapan. Kupikir, mungkin saja aku bisa mempercayakan perasaan pada genggamanmu atau mungkin saja kau akan menjadi seseorang yang singgah tak hanya sejenak.

Selama ini, aku hanya duduk sambil mengamatimu, sebab aku ingin tahu apakah kau memang bersungguh-sungguh mengajakku tinggal di hatimu. Aku memperhatikanmu - dan kau tak tahu hal itu. Dan, kau telah menyerah padahal aku sudah hampir membukakan pintu.

Sekarang, katakan sesuatu.
Apa nama rasa itu yang kau punya dan kini telah tiada?
Tapi, terimakasih untuk pernah datang.




samedi 27 septembre 2014

Ingatkah Kau?

Ingatkah kau, waktu itu kita duduk berdua
dan malam telah mencapai larutnya.
Ia merengut kenapa kita masih bercanda
dan betah lama lama bersama.

Ingatkah kau, waktu itu kau mengantarku
sampai ke depan pintu rumahku.
Kini hanya namamu yang sampai padaku
dengan diantar angin yang mengacak rambutmu

Ingatkah kau, bagaimana hujan memerangkap kita berdua
sebab ia pun ingin berjumpa dengan bumi kekasihnya
sebagaimana dua manusia di bawahnya.
Dan kita hanya duduk bersama,
hanya duduk tanpa bicara apa-apa,
sebab kata dapat merusak suasana.

Ingatkah kau, ketika kita beradu lari
supaya kau bisa mengejarku.
Dan kini dengan tersingkapnya tabir
Aku ingin berlari, terus berlari
entah untuk mendekatimu
atau menjauhimu


Dreamcatchers

Our dearest and noble thinker Mr. Aristotle once said,
Hope is a waking dream.
In my own opinion, a dream is as natural as breathing, it comes naturally from your self and a dream will find its own way to influence your self to make it come true. It's one of the most wonderful feelings ever to feel excited over your own dream. That's why, a dreamer is never too sad, if love blows them down to the ground, at least, they still have dreams to live and achieve. A dream will never make you feeling empty. And once you dream, you will hope as well. The next thing that happens is the hope will stimulates you to make efforts and to start a first step.

Sebagai penekanan, terkadang mimpi adalah sebuah petunjuk untuk garis takdir diri kita sendiri. Tuhan seringkali memberi wangsit-wangsit berupa mimpi-mimpi besar dan luar biasa dalam diri kita yang biasa saja. Tekankan bahwa Tuhan tidak akan memberi kita mimpi sedemikian luar biasa jika tidak ada kekuatan dalam diri kita untuk mencapainya.

Tapi, kita cuma orang-orang biasa, kekuatan apa yang kita punya?

Kekuatan itu ada pada diri kita sendiri. Kekuatan itu adalah seberapa besar tekad yang kamu punya untuk mewujudkannya dengan usaha-usaha kerasmu, seberapa besar kegigihan yang kamu punya untuk terus berusaha, dan seberapa besar kamu percaya pada dirimu. Dengan kekuatan itu, orang-orang biasa bisa mencapai mimpi mereka yang luar biasa.

Kita harus berani bermimpi. Kita harus berani menuliskan mimpi-mimpi itu pada dinding-dinding tak bersuara dan membacanya tiap hari. Saya punya kebiasaan menuliskan mimpi dan motivasi di kertas-kertas mungil warna-warni di dinding atau kaca. Habit ini berhasil membuat saya semangat lagi dan terus berusaha. Fungsinya selain sebagai reminder untuk diri sendiri adalah juga sebagai motivator. Sederhana memang, but it works on me.

Kemudian, Mama saya adalah rahasia sukses saya. Sedikit berbagi saja, mama saya selalu menekankan kepada saya betapa pentingnya bekerja keras. Mama selalu berkata begini,
Kalau kamu mau berhasil, kamu harus bekerja keras.
Ridho orangtua adalah ridho Allah. Jika orangtuamu meridhoi mimpimu dan mendukungmu untuk meraihnya, ketahuilah, kamu telah memegang satu kunci sukses yang paling luar biasa. Mintalah doa ibu sebab itulah doa termujarab untuk diri kita.


Berlelah-lelahlah dalam berusaha, kelak kita akan menemukan manisnya kehidupan.
Itu statement yang saya jadikan pegangan karena memang berusaha keras itu melelahkan, meraih mimpi itu melelahkan, tapi melihat senyum mama saya serasa mengoleskan Counterpain pada otot-otot yang kaku dan sendi-sendi yang melinu, dan saya pun tahu satu-satunya obat untuk lelah itu ada di depan sana. Sebuah keberhasilan.

Selain itu, jangan pikirkan seberapa banyak sainganmu di luar sana. Cukup kamu tahu saja kalau sainganmu banyak, tapi jangan jadikan itu beban because it will leads you to stress. Lebih menyenangkan jika kita fokus pada apa usaha yang kita lakukan and make the best of it karena yang membedakan kamu dengan orang-orang lain dengan keinginan serupa adalah usahamu dan Allah pun menilai dari seberapa keras kamu berusaha untuk mewujudkan mimpimu.

Saya sudah pernah merasakan lari keliling kompleks 2x sehari saat bulan Ramadhan setiap pagi dan menjelang buka puasa. Saya sudah pernah merasakan otot-otot kaki saya kaku karena terlalu banyak lari. Saya sudah pernah belajar sampai saya jenuh membaca soal-soal yang tipenya begitu-begitu saja, tapi saya selalu mengikatkan diri pada kertas lembaran soal itu karena di situlah ada langkah pertama menuju sukses saya.
Semua itu melelahkan, tapi demi meraih mimpi saya, saya tidak ingin berhenti berusaha.
Semua itu melelahkan, tapi kita juga harus bisa memotivasi diri. Lihatlah jauh ke depan sana, lihat apa yang akan kamu dapatkan jika kamu bertahan dengan semua lelahmu.

Dan kini, usaha keras saya sudah terbayarkan.
Meskipun masih ada kerja keras kerja keras lainnya yang tengah duduk manis menunggu saya di depan sana.

Saya ingin sedikit cerita dari saya ini bisa menginspirasi dan membuat semangat membuncah untuk meraih mimpi-mimpi. Sebagai anak muda, kita harus punya mimpi dan keberanian untuk mewujudkannya. Dan, mimpi adalah pemanis dari kehidupan ini. Tanpanya, hidup hanyalah jalan raya bebas hambatan yang tak memberi kesan apa-apa, tapi dengannya, hidup adalah sebuah perjalanan dengan banyak cerita untuk dibagikan dan kesan yang menjadikan hidup ini lebih bermakna.

All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them.
Every great dream begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strength, the patience, and the passion to reach for the stars to change the world.

And, finally, this...
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.Eleanor Roosevelt 


vendredi 26 septembre 2014

Senja Yang Tenggelam Di Matamu

Aku ingin kita terperangkap dalam waktu
di suatu senja yang menjingga di suatu tanah rantau,
atau di malam menjelang larutnya
dimana kita sendiri dengan diri-diri kita
dan tak ada yang lihat atau peduli

Aku ingin terperangkap dalam waktu denganmu,
duduk bersama saja sambil bercanda
atau, aku yang hanyut pada senja yang tenggelam di matamu
dan kau yang menautkan jari kelingkingmu padaku

Kau bilang, "Aku ingin kita saling berjanji."
tetapi aku berkata, "Kita tak butuh janji untuk bersama."
Lalu kau diam dan tampak tak setuju sebelum aku membuatmu mendengar,
"Bukankah sama saja? Bahkan sekarang pun kita sudah bersama."
Kau diam.
"Dan aku pun takut. Jagalah dirimu. Jagalah diriku."

Sebab aku telah setuju menjadi perempuan yang menaruh hatinya padamu,
dan kau telah melangkahkan kakimu lebih dahulu
Bila bahkan daun yang gugur di atas kepalamu tahu,
maka seisi alam pun telah tahu dalam isyarat-isyaratnya.
Sepasang makhluk baru saja jatuh cinta.

Dan Tuhan menggariskan cara lucu untuk kita bertemu,
sebab, bila itu cara yang diinginkan Tuhan supaya aku mengenalmu,
supaya aku bisa menertawakan kehidupan,
dan supaya menjadi sedemikian bahagia.
maka Tuhan telah menemukan cara yang tepat.

Demi Seseorang Dengan Senyum Di Wajahnya

Barangkali aku ingin jadi daun yang gugur di kepalamu,
supaya aku tahu bagaimana rasanya berada disana.

Atau, menjadi angin yang mendesau pelan,
seiring langkah-langkahmu di suatu siang,
demi menawar terik matahari yang menyengat kulitmu.

Atau, jadi pemanis dalam mimpi malam harimu,
supaya dalam malam-malam yang dingin kau tak sendiri.

Atau, jadi sehelai sajadah tempatmu bersujud,
yang mendengar untai doa-doa dari bibirmu,
supaya aku bisa ikut mengamininya untukmu.

Apapun akan ku jelma,
tetapi, satu yang ingin ku pastikan padamu,
aku ingin jadi alasan mengapa kau jatuh cinta.

Pada Waktunya

Pada waktunya, aku tidak ingin kita saling berjanji
meskipun saling dicekam rindu.
Sebab, bersama adalah suatu ketidakpastian
dan perasaanmu itu bisa saja terus kau diamkan,
tanpa pernah sempat tersiratkan oleh satu dua kata.

Bersama heningnya pagi yang menimang harapan baru,
akan ada hari-hari baru.
Yang kita tahu,
hari itu sudah berlalu.
Yang kita tidak tahu,
barangkali Tuhan setuju bila kita bersatu.

Tuhan dan rencanaNya

Alhamdulillah, ada kabar gembira untuk kita semua.
Bukan, bukan soal ekstrak kulit manggis itu.
Tapi, alhamdulillah, saya sudah resmi menjadi mahasiswi STAN Spesialisasi D1 Pajak 2014 di BDK Malang.
Saya ingat siapa orang yang minta saya daftar STAN dulu, kakak saya, dan saya tau dia bangga sama adeknya yang manja ini.

Tapi, kalo boleh jujur, saya juga agak sedikit kecewa waktu saya dapat jurusan D1-nya, bukan D3-nya. Setelah ospek di BDK, saya baru tau kalo ternyata rata-rata temen cewek saya waktu tes kesehatan dan kebugaran larinya cuma dapet 3,5 putaran. Bukannya mau pamer, tapi waktu tes saya alhamdulillah dapet 4,5 putaran dan saya juga merasa tes wawancara saya cukup bagus.

Bukannya saya nggak bersyukur, saya justru bersyukur akhirnya mimpi saya terwujud untuk belajar di STAN Pajak, saya tau kok kalo ada ratusan ribu pemuda pemudi Indonesia yang pengen banget belajar di STAN apalagi prospek masa depannya sungguh amatlah cerah dan menjanjikan. Makanya, saya nggak ragu melepas status mahasiswi ITS begitu diterima di STAN meskipun saya dapet D1. Meskipun D1, saya yakin kok, haqqul yakin, kalo ini yang terbaik buat saya ke depannya dan insya Allah bakal mensejahterakan hidup saya. Ditambah lagi, orangtua saya yang amatlah sangat ridho anak bungsunya belajar di STAN. Saya tambah yakin, karena menurut prinsip hidup saya, dimana orangtua meridhoi adalah dimana tempat kita menemukan sukses. Selain itu, saya sudah buat rencana ke depannya untuk melanjutkan kuliah D3 dan S1 insya Allah. Semoga Allah meridhoi. Aamiin Ya Allah :')
Saya juga berusaha untuk enjoy di kampus baru dan menjalaninya dengan sebaik mungkin karena saya tau, kalo dijalani dengan ikhlas, saya nggak akan merasa nyesal sudah kecewa ketika saya sudah tahu apa maksud dari rencana Tuhan ini.

Tapi, kadang, ada di saat kita harus berhenti sejenak untuk memahami ketika rencana kita berbeda dengan rencana Tuhan. Tuhan tidak pernah salah dalam setiap takdir yang Dia berikan. Tuhan juga lebih tahu apa yang kita butuhkan. Rencana Tuhan jauh lebih baik dari rencana saya. Mungkin saya akan lebih punya banyak pengalaman nantinya atau mungkin juga saya akan bertemu dengan future partner disini. Kita hanya belum tahu apa alasan Tuhan.



Dan, satu-satunya cara kita untuk tahu apa maksud Tuhan adalah dengan menjalaninya.

lundi 31 mars 2014

Sajak Untuk Pemuda Biru

Aku terlalu malu, seperti bunga yang selalu mengamatimu dari jauh
yang kau sendiri pun ingin membelai kelopak-kelopak merah jambunya
sehingga telah aku titipkan rindu pada hujan di malam Sabtu
dengan beberapa rangkai kata kepada yang Maha Mendengar
untuk hari jadimu yang ke delapan belas,
sebagai pengganti kata ucapan atas setahun lebih tuanya kamu

Setahun adalah lama,
dan siapa juga yang pernah tahu
diam-diam telah kau lukis sebuah penantian
seperti yang juga ku lakukan

Dan hujan turun semalaman pada Sabtu-mu
seperti aku yang ingin kamu dihujani rindu dan juga ribuan semoga dariku
Semoga adalah hadiah sederhana yang paling indah,
meski diberikan kepadamu tanpa nama sang pengirim
tapi satu waktu kelak Tuhan yang akan membisikimu siapa nama itu



Sajak untuk hari jadi ke delapan belasmu, pemuda biru
Dari,
pemudi merah jambu.

samedi 29 mars 2014

Surat Untuk Pemuda Biru

Untukmu,
pemuda biru.


Seiring dengan ditulisnya kalimat ini, telah ku sematkan sejuta salam hangat untukmu, pemuda biru.
 

Siang hari pada penghujung bulan Maret ini kian hari kian benderang saja. Walau seringkali memicingkan mata didera terik, aku berharap masa depan kita akan secerah itu juga. Tanggal dua puluh sembilan ini kau akan berusia delapan belas. Dewasamu mendahului aku beberapa belas minggu. Tahun lalu, aku terlalu malu memberimu ucapan selamat padahal rasa sudah nyata-nyata ada. Tahun ini, pada malam Sabtu nanti, aku ingin memberimu doa-doa pada sepertiga malam terakhir sebab doa adalah sebaik-baik hadiah yang dapat ku berikan untukmu. Dan biar waktu yang mengamininya.

Aku sangat ingin kau tidak hanya hadir dalam samudra ingatan. Tidak hanya hadir berdampingan dengan masa lalu. Sebab bagiku kau adalah satu di antara satu miliar manusia yang tampak biasa namun meninggalkan jejak-jejak luar biasa. Dan sejak hari itu, suatu hari pada bulan Maret yang terik oleh matahari, aku mengeja kekaguman seperti mengeja namamu, membahasakan rindu dengan bait-bait sajak tentangmu, dan menggambar debar-debar bahagia dalam dada dengan senyummu. Dan, aku akan berdoa supaya Tuhan menjagamu sebagaimana denganku sebab Tuhan tahu tapi menunggu.

Kadangkala, aku ingin menjadi secangkir hangat seduhan ibumu, sebab aku ingin menghangatkan pagi-pagimu.
Kadangkala aku ingin menjadi lensa persegimu, sebab aku ingin menatap dunia denganmu.
Kadangkala aku ingin menjadi sajadahmu, sebab aku ingin bersujud bersamamu dan mengamini doamu.

Sekali lagi, selamat berulang tahun yang ke delapan belas pemuda biru. Segenap doa telah kuhadiahkan untukku dan untukmu.






Dari,
pemudi merah jambu.

vendredi 7 mars 2014

mereka yang bermimpi

Saat ini, kita mungkin seperti dua anak angin yang berkejaran. Hendak membelah gunung, demikian mimpinya.
Atau mungkin seperti dua gemintang remaja yang saling berayun di angkasa. Hendak menerangi tata surya, demikian angannya.
Atau kita adalah kita. Dua anak manusia yang sama-sama tengah terpukau oleh gemerlap angkasa malam hari.

Mari kita menggantungkan mimpi-mimpi pada bahu para bintang yang berayun berdampingan. Sesekali, kala rindu datang dengan menyerupai bayanganmu, menengadahlah pada angkasa dan lihat mimpiku disana.
Biar para bintang itu mengingatkan perjalanan kita mendaki angkasa,
dan biar pula doa membentuk gunungan di sudut kamar berselimutkan rindu,
sebab Tuhan tengah menjagamu sebagaimana aku,
dan kita harus percaya pada rotasi waktu.


Pada malam-malam kala punggung digelayuti lelah dan pada siang-siang yang penat lagi berpeluh, ingatlah selalu satu hal ini.
"Ikhtiar dulu," demikian ucapmu padaku.

lundi 10 février 2014

Jatuh Cinta

1)
Aku menengok ke dalam jam tangan hitammu
Para jarum tengah menghimpit angka lima
sebentar lagi senja akan berpamitan,
sebab angkasa telah ditunggui petang
tapi kau setia duduk disini
tidak memedulikan gurat-gurat emas
yang perlahan membiru,
sambil berceloteh tentang mengapa waktu
selalu iri pada kebahagiaan,
dan aku hanya mendengarkan
sambil menatapmu dalam kekaguman



2)
Suatu hari kita pernah saling bertatapan,
sebelum aku mengalihkan pandangan
karena malu sampai seujung badan
aku tidak paham kenapa kamu pun
tampak kebingungan,
apakah sesungguhnya karena kita
saling berbagi rasa dalam keheningan?




3)
Hari hujan mengurungku di ruangan ini
aku hanya memandangi garis-garis air di luar jendela
sambil sesekali memperhatikanmu di ujung sana,
yang tengah mencoret sesuatu di buku
Dengan perlahan kau duduk di sampingku
sejak itu hujan identik dengan jatuh cinta dan wajahmu




4)
Aku ingin menjadi teh hangat seduhan ibumu,
yang menjadi penghangatmu kala hujan turun
Aku ingin menjadi sajadah alasmu bersujud,
sebab aku ingin berdoa bersamamu
Aku ingin menjadi biru di langit siangmu
dengan begitu aku bisa menghujanimu
dan kau pun tahu aku merindukanmu
Aku ingin menjadi getar halus yang nyata,
sebab aku ingin kau dan aku jatuh cinta


5)
Kau adalah dua lensa yang tidak sanggup menyapa,
tapi paling ku suka dari sekian kacamata
Kau adalah untaian kata merajut makna
yang dituturkan orang yang jatuh cinta
Kau adalah gula-gula pada segelas coklat,
dingin tapi membuatku terpikat


 

mercredi 29 janvier 2014

Rasa Dalam Kompleksitas

1) Aku selalu suka tawamu,
dan bahagia bersenda gurau denganmu
Mungkin kita terlalu asyik jatuh cinta
sampai tidak tahu caranya lupa

2) Aku melihat waktu di jam tanganmu
Sebelum beranjak dari tempat dudukku
kemudian sayup ku dengar dalam sunyi
"semoga ada waktu", demikian katamu

3) Iri tersirat di raut wajah semesta
karena kau dan aku duduk berdua di bangku taman,
sedih melihat sepasang lain bergandeng tangan
sementara kau dan aku hanya keheningan

4) Suatu sore berangin di taman bermain,
kita berjalan bersama
dan aku membawa gula kapas merah jambu

kau mengajakku mencoba satu permainan
yang ku sambut dengan penolakan,
kau mengajakku bercanda,
tapi tidak melukis tawa

5) Sebaris angka berderet milikku tersimpan di ponselmu
belakangan membuatmu ingin mengirim suatu tanda tanya
bertahun-tahun menunggumu membuka percakapan,
akhirnya aku lelah dalam penantian

6) Buku catatan merah jambu menjadi pengingatku
bersama dengan tinta hitammu yang menghiasi halaman awalnya
sejak itu aku tidak pernah bisa lupa,
tentang awal dari jatuh cinta

7) Dari pinggir kota yang tak pernah tidur,
kau menggambar sendu pada halaman buku,
wujud dari gengsi yang mengalahkan rindu

dimanche 19 janvier 2014

Anomali

Kau mengingatkanku pada secangkir kopi pada pagi di hari Minggu,
diminum pukul delapan lewat tanpa sisa-sisa rasa hangat
tapi menjadi buncah-buncah energi yang meletup semangat

Kau membuatku ingat pada gula kapas merah jambu,
tidak peduli pada batuk yang membuntutiku,
manis dari tipis yang menjadi awal dari candu

Kau seperti perbincangan absurd di malam Sabtu,
segala absurditas yang justru dengan mudah dipahami
dan menimbulkan euforia untuk terus menanggapi
dibanding kenyataan tentang rindu yang kian menjadi

Kau seperti lagu bahagia dari pengeras suara di bandara,
padahal salam perpisahan terdengar dimana-mana


Kau mengingatkanku pada senja yang jingga,
penat yang meniadakan hasrat bersepeda
namun angin setia mendesaukan sebaris nama
lengkap dengan sebait lagu jatuh cinta
 


Kau bagiku seperti subuh saban hari,
terlalu biru untuk rasa yang lugu,
terlalu dingin untuk bangun dari kasur,
tapi nyaman untuk ku tinggali
 

mercredi 8 janvier 2014

dari pagi teruntuk senja

aku lebih mencinta pagi ketimbang senja hari
barangkali karena senja tak ubahnya bahu untuk seseorang yang berpenat,
padanya melekat lelah, jenuh, bahkan rindu
meski langit senja yang jingga menumbuhkan rasa
tapi pagi menjanjikanku cita-cita, lalu menumbuhkan asa
pun awal untuk jejak-jejak langkahku meraih mimpi,
yang seringkali justru menghabisi rasa
mengapa aku tak kunjung ada dalam senjamu,
barangkali karena aku melekat pada pagimu
ada bersamamu dalam seribu langkah yang kita tempuh,
seiring satu salam yang dilayangkan dari ruang tunggu,
dan bila kita telah menempuh langkah seribu,
pada langkah keseribu satu, ucapkanlah lagi satu mimpi
untuk mengajak hadirku pada senjamu




mercredi 1 janvier 2014

Jarak Dalam Ruang Hampa

1) Duduklah dalam sofa menghadap jendela,
menerawang pada kedatangan sang senja
suatu berita disampaikannya
tentang salamku dari ujung sini

2) Pagimu ribut berpacu dengan jarum menuju pukul enam,
Tak boleh terlambat, racaumu dalam gesa
tapi kau berhenti dan menatapku dengan bahagia
dua cangkir ku seduh, cokelat yang ku hirup dan kopi untukmu
seiring senyum getirku, jemarimu menggapai kopimu yang semu
kau bilang terimakasih dari seberang layar persegiku

3) Pagi metropolis akrab dengan kantukmu,
riuh rendah klakson roda-roda empat bersatu padu
dan jenuh oleh hingar bingar yang tak menyenangkanmu
seiring rasa berlanjut doa dari kejauhanku
adakah disana kau pun duduk terbisu oleh keinginan bicara
oleh jauh yang memupuk sejuta harap untuk sang temu

Ruang Tunggu

1) ku bilang, kita jauh hanya sepanjang ribuan jengkal jarak ini saja.
"benarkah?"
lalu bergaung pada semesta, ditanyakan lagi kepadaku.
aku hanya mengangguk sampai aku memirsa kita hanya berdiam
pada satu malam panjang tak lelap tanpa cakap terucap.

2) Yang kau tahu jarak hanya bernama mil, sampai kau bertemu denganku
kita lewati malam dengan diam padahal bisa bercengkerama,
kau bertanya tentangku pada kawanmu, padahal ada aku disitu
tapi kau bahasakan rasamu dalam satu dua kali lirik
ku bahasakan pula ketidakpahamanku atasmu dengan acuh
lalu kau datang dan bilang semoga jumpa lagi denganku

3) Mari memahami gelagatku yang sembunyi dalam santun
izinkan aku mengetuk dingin padamu biar aku pun tahu
kau hanyalah pemuda sunyi yang berhati separuh

4) Sendiri kau bersampan dalam samudra rutinitas,
sebelum kau lantas tenggelam bersama lelah

ku katakan kau membutuhkan rumah
dahimu mengernyit sebelum akhirnya kau kata,
kau telah menemukan rumahmu di seberang samudra
sambil melabuhkan sampan pada pancang dermaga

5) Kacamata persegimu berembun oleh peluh,
berlelah lelah dalam siangmu untuk kenyangnya ambisi
tapi pada malam di metropolis yang gemerlap namun sunyi,
kau labuhkan lelahmu pada rindu
namun enggan menelponku yang mulai lelah menunggu